Perilaku Taat dan Etos Kerja dalam pandangan Syariat, Hakekat & puncaknya Makrifat
- Guardian Angel
- Dec 7, 2018
- 3 min read
Updated: Jan 30, 2021
Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim. Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi menjadi manusia yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta - minta, pada hakekatnya merupakan tindakan yang tercela.
Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat karena merupakan bagian amanah dari Allah SWT. Dan cara pandang untuk melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada empat dimensi kesadaran, yaitu dimensi Syariat (aku berbuat), Dimensi hakikat (aku waspada) dan Dimensi makrifat (aku tahu). Sudah menjadi kewajiban manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak kebutuhan dan kepentingan dalam kehidupannya untuk berusaha memenuhinya.
Seorang muslim haruslah menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat. Tidaklah semata hanya berorientasi pada kehidupan akhirat saja, melainkan harus memikirkan kepentingan kehidupannya di dunia. Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, wajiblah seorang muslim untuk bekerja dan kerja adalah kodrat hidup, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik biologis, maupun kehidupan individual dan sosial dalam berbagai bidang.
Untuk ini, al-Qur’ān diturunkan sebagai jalan hidup, sekaligus sebagai nur (cahaya) yang tak kunjung padam agar aktivitas hidup manusia tidak tersesat. seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umatnya untuk bekerja termaktub dalam QS. at-Taubah : 105
Artinya : “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
menjelaskan, bahwa Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah Swt akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya itu sesuai dengan tanaman yang ia tanam akan panen pada saatnya. Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia. Ayat ini pun berisi peringatan bahwa perbuatan mereka itu pun nantinya akan diperlihatkan pula kepada rasul dan kaum muslimin lainnya kelak di hari kiamat. Dengan demikian, akan terlihatlah kebajikan dan kejahatan yang mereka lakukan sesuai amal perbuatannya. Bahkan, di dunia ini pun sudah sering kita saksikan, bagaimana gambaran orang-orang yang berbuat jahat seperti pencuri, penipu, pemerkosa, koruptor, dan lain sebagainya. Banyaknya berita tentang korupsi, bagaimana koruptor dipertontonkan di ruang publik. Ini menandakan bahwa di dunia pun perbuatan kita sudah bisa dipertontonkan. Apalagi kelak di akhirat yang pasti sangat nyata dan tidak bisa ditutup-tutupi.
Perilaku mulia (ketaatan) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut. Selalu menaati perintah Allah Swt. dan rasulnya, serta meninggalkan laranganya, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. Merasa menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dilarang oleh Allah dan rasulnya. Menaati dan menjunjung tinggi aturan-aturan yang telah disepakati, baik di rumah, disekolah maupun di lingkungan masyarakat. Menaati pemimpin selagi perintahnya sesuai dengan tuntunan dan syariat agama. Menolak dengan cara yang baik apabila pemimpin mengajak kepada kemaksiatan. Perilaku mulia (kompetisi dalam kebaikan) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut. Meyakini bahwa hidup itu perjuangan dan di dalam perjuangan ada kompetisi. Berkolaborasi dalam melakukan kompetisi agar pekerjaan menjadi ringan, mudah, dan hasilnya maksimal. Dalam berkolaborasi, semuanya diniatkan ibadah, semata-mata mengharap ridha Allah Swt. Selalu melihat sesatu dari sisi positif, tidak memperbesar masalah perbedaan, tetapi mencari titik persamaan. Ketika mendapatkan keberhasilan, tidak tinggi hati ketika mendapatkan kekalahan, ia selalu sportif dan berserah diri kepada Allah Swt. (tawakkal). Perilaku mulia (etos kerja) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut. Meyakini bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan(man jada wa jada, Siapa yang giat, pasti dapat). Melakukan sesuatu dengan prinsip Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, danmulai dari sekarang. Pantang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.
Comentários